Minggu, 03 Desember 2023

The Untold Story

Tadinya postingan ini sudah di draft in, tetapi pada akhirnya aku memutuskan untuk tetap mempublikasikannya, karena aku berpikir bahwa sepertinya tidak akan ada juga yang membacanya. Blog ini tidak pernah lagi dikunjungi oleh orang lain selain diriku sendiri, setidaknya, dalam beberapa tahun terakhir ini.

Sudah lama rasanya tidak menggunakan platform ini untuk bercerita. Sudah berapa tahun, ya? 

Kali ini, aku mau bercerita tentang sesuatu. Sesuatu yang seharusnya hanya kuceritakan pada diriku sendiri. Sesuatu yang seharusnya kupendam sendiri. Tetapi lama-lama rasanya agak berat jika hanya disimpan sendirian. Jadi, aku akan menuliskannya disini. Aku sengaja akan bercerita disini karena aku tahu, kemungkinan besar tidak akan ada yang membacanya. Kecuali pembaca nyasar—yang tidak mengenali siapa—si—Ulfa—ini. Atau followers blog ini—yang tentunya tidak mengenalku secara dekat. Atau seseorang yang iseng mengetikkan nama lengkapku di kolom pencarian google dan menemukan blog ini. Jika kamu adalah jenis pembaca yang terakhir, terimakasih telah mencari tahu tentangku, ya. 

Okai. Langsung saja.

Sebenarnya, aku hanya ingin bercerita tentang sesuatu hal yang biasa dirasakan oleh orang-orang.

Aku menyukai seseorang. Sekitar bulan Mei 2021.
Orang ini, baiklah, aku memanggilnya dengan empat huruf terakhir dari nama awalnya. Semua orang juga memanggilnya begitu. Tetapi akhir akhir ini aku lebih sering memanggilnya dengan nama lengkapnya. Aku tidak berani menyebutkan nama lengkapnya disini, aku takut ketika dia iseng mengetikkan nama lengkapnya di pencarian google dan menemukan postingan blog ini karena nama lengkapnya tertera disini.

Beliau adalah teman satu kantorku, baru mulai masuk sekitar akhir April 2021. 

Awalnya, aku memanggilnya dengan panggilan 'Bang' karena aku mengira bahwa usianya lebih tua dariku. Namun ternyata, kami seumuran.

Kenapa aku bisa menyukainya per Mei 2021 itu?
Karena sebuah kalimat. Kalimat ini disampaikan oleh—sebut saja—kak Vivi, saat bercerita tentang Beliau di ruanganku. Kalimat yang disampaikannya kepada kami, yang sangat membekas dipikiranku hingga detik ini adalah, lupa yang sebenarnya seperti apa, tetapi kira kira kak Vivi mengatakan begini:

"Tadi (menyebutkan namanya) juga bilang, Kak Vi, kalau udah waktunya masuk waktu sholat, (menyebutkan namanya) sholat, ya."

Sebenarnya, sholat lima waktu adalah bare minimum dalam kehidupan kita. Tetapi, waktu itu aku langsung tersenyum saat mendengar kalimat itu. 

Sejak saat itu. Aku menyukainya.

Ah ya, dia sholatnya selalu ke mesjid. Kecuali saat hujan yang benar benar deras. Dia akan sholat di mushola kantor. Tapi terkadang, hujan hujan saja masih diterobosnya untuk pergi ke mesjid. 

Dan ada satu lagi. Mungkin hal ini masih tidak umum bagi orang orang—yang belum mengetahuinya. Yakni, dia tidak Isbal. Aku langsung kayak—ternyata dia punya pemahaman yang sama denganku.

Dan satu lagi, dia rajin puasa Senin-Kamis. Kecuali saat sakit.
How cool he is. Di zaman sekarang ini.

Pernah seorang bertanya, "Ulfa, emangnya kamu ngga suka sama beliau?"
Aku hanya tersenyum dan berkata, "Kak, suka sama beliau itu gampang banget." 
Aku hanya mengatakan hal tersebut. 

Memang gampang, yang nggak gampang itu disukai balik oleh orang yang kamu suka.

Beliau itu, baik. 
Dia banyak sekali telah membantuku ini itu dalam hal hal pekerjaan. Dia selalu sigap membantu, dan satu hal yang membuatku senang adalah, dia jarang lupa. Maksudnya, ketika dia mungkin sedang sibuk dan kemudian aku meminta bantuannya. Dia akan bilang nanti akan membantuku. Biasanya orang orang akan lupa, tetapi dia selalu ingat. Pernah suatu hari aku meminta bantuannya untuk diajarin bagaimana cara ngescan dokumen di printer merk Brother yang besar itu. Waktu itu dia sangat sibuk, dan hari itu dia sepertinya dia lupa untuk mengajarkanku. Tetapi besoknya, dia ingat, dan dia meminta maaf. 

Ga apa apa, dia ingat aja aku udah senang.

Beliau juga baik pada semua orang. Pada semua orang. Dia membantu semua orang.
Kayaknya, i am not that special..

Ada satu hal yang agak bikin sedih, hahaha. Waktu itu sepertinya aku hanya sendirian di ruangan. Tiba tiba kak Vivi masuk. Lupa apa yang disampaikan oleh kak Vivi pada awalnya. Lalu tiba tiba kak Vivi mengatakan sesuatu, kak Vivi bilang bahwa (menyebutkan nama beliau) pernah mengatakan bahwa kalau mengenai jodoh, dia inginnya seseorang dengan usia dibawah 2 tahun darinya. Dan kak Vivi menutup ceritanya dengan kalimat, "Ulfa, ayo tikung disepertiga malam, ya?"
Setelah itu kak Vivi pergi untuk kembali ke ruangannya. Ah iya, kak Vivi seruangan dengannya.

Aku tidak tahu kenapa kak Vivi tiba tiba menyampaikan hal itu kepadaku. Aku tidak pernah bercerita mengenai perasaanku kepada siapapun, termasuk kak Vivi. Tetapi, aku sangat berterimakasih dengan kalimat yang terakhir disampaikan oleh kak Vivi. Tapi ujung ujungnya jadi sedih lagi. Habis itu, kayaknya aku nangis sih. Tapi kebetulan diruangan hanya ada aku saja. Dasar cengeng. Kayaknya aku sedih terus ya.

Ah ya. Aku adalah perempuan. Perempuan, kalau menyukai seseorang, hal yang dilakukannya pertamakali adalah: mencari tahu. 

I just found his facebook acc, and his twitter too :") dari situ aku mengetahui beberapa hal. 

Pada awal awal beliau masuk bulan Mei tahun 2021 lalu, beliau secara tidak sengaja menampilkan whatsappnya di layar proyektor, dan aku melihat sebuah nama. Awalnya enggak ngeh itu siapa, mungkin hanya temannya. Nama yang hanya tiga huruf. Tetapi setelah aku menemukan akun fb dan twitternya, aku baru ngeh itu siapa. Agak sedih waktu itu huiwhiw. Sampai sekarang saat aku menuliskan ini, aku juga masih sedih kalau mengingatnya. Rasanya, agak.. sedih bercampur cemburu tapi aku nya juga gabisa ngapa ngapain. 

Sampai sekarang juga masih sedih kalau diingat ingat. 

Ada satu hal juga yang kadang bikin sedih. Seperti misalnya, perbedaan beliau ngebales pesan saya dengan pesan orang lain—yang juga perempuan. Pernah sesekali terlihat, kepada dua orang, dua orang ini—mereka sudah menikah, mereka adalah kakak kakak ku ditempat kerja. Aku tahu mereka hanya berkirim pesan seputar pekerjaan dan kegiatan di kantor, tetapi beliau membalasnya dengan.. ceria—ramah, heum bagaimana menjelaskannya ya, bakal ada perbedaan antara pesan yang dibalas dengan ramah dengan pesan yang dibalas dengan 'dingin'. Misalnya,

1. 'oh okeoke siapp'
dengan
2. 'Iyeeeh'

Contoh pertama adalah balasan pesan yang dikirimkannya kepadakuu. Sedangkan contoh yang kedua adalah balasan pesan yang dikirimkannya kepada mereka.

Feel nya beda, kan.

Mungkin ini terlihat berlebihan, tetapi ternyata tidak, banyak juga oranglain—khususnya perempuan yang terkadang amat sangat peka terhadap jenis typing seseorang :") Mungkin ini karena posisinya aku menyukainya, dan hal hal kecil sekalipun jadi sesuatu yang diperhatikan. Hal hal kecil yang bikin sedih. 

Sampai aku menuliskan ini, aku samasekali tidak tahu bagaimana perasaannya kepadaku. Maksudnya, yang benar benar pasti. Dia baik, baik sekali kepadaku. Tetapi aku sama sekali tidak tahu perasaannya untuk siapa. Semoga tidak lagi untuk masalalunya.

Kalau untuk sekarang ini, aku melihat beliau adalah seseorang yang selalu berusaha keras untuk menjaga dirinya. Dia berusaha untuk membatasi dirinya dengan—khususnya—perempuan. Salaman dengan yang bukan mahram aja dia tidak mau, alhamdulillah.

Setidaknya, itulah yang aku lihat.

Semoga Allah selalu menjaga kamu.

Desember, 2023. 

Tidak ada komentar: